MATERI AJAR
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI.
KELAS
: XI
BAB 1
GEREJA
GEREJA SEBAGAI PERSEKUTUAN UMAT YANG TERBUKA
1. MODEL-MODEL GEREJA
Berikut ini adalah model-model yang dikembangkan dalam kepemimpinan
Gereja dan pembangunan persekutuan oleh anggota para pimpinnya dalam
keterbukaan dan partisipasi sebagai umat
beriman untuk berkarya bagi dunia.
1.1.
Gereja
Institusional Piramidal ( Model Gereja sebelum Konsili Vatikan II )
Hal-hal
yang menonjol dari model Gereja Institusional Piramidal adalah:
ð
Organisasi (lahiriah) yang berstruktur pyramidal dan tertata rapi
ð
Kepemimpinan tertahbis atau Hierarki hampir identik dengan Gereja itu sendiri.
ð Hukum
dan peraturan yang jelas untuk menata dan menjaga kelangsungan suatu institusi
ð Sikap
yang agak triumfalistik dan tertutup Karena merasa diri sebagai satu-satunya
penjmain kebenaran dan keselamatan dengan menganut paham ; Extra eclesiam nulla
salus (di luar Gereja tidak ada keselamatan).
1.2.
Gereja
sebagai Persekutuan Umat Terbuka
Hal-hal yang menonjol dari model Gereja
Persekutuan Umat terbuka adalah:
ð Hidup
persaudaraan karena iman dan harapan yang sama. Persaudaraan yang ditekankan
adalah persaudaraan kasih
ð Umat
berpartisipasi aktif dalam kehidupan menggereja
ð Hukum
dan peraturan memang perlu, tetapi sangat dibutuhkan peranan suara hati dan
tanggungjawab pribadi.
ð Sikap
miskin, sederhana, terbuka, dan berani
membangun dialog dengan pihak lain karena yakin bahwa di luar Gereja juga ada
kebenaran dan keselamatan.
2. GEREJA
SEBAGAI PERSEKUTUAN UMAT YANG TERBUKA
Gereja
hadir di dunia ini bukan untuk dirinya sendiri, melainkan dia hadir dan ada
untuk dunia. Hal ini merupakan harapan dari konsili vatikan II sendiri:
“KEGEMBIRAAN DAN HARAPAN, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang,
terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita merupakan kegembiraan dan
harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga. Tiada sesuatu pun yang
sungguh manusiawi, yang tak bergema di hati mereka. Sebab persekutuan mereka terdiri
dari orang-orang, yang dipersatukan dalam Kristus, dibimbing oleh Roh Kudus
dalam perziarahan mereka menuju Kerajaan Bapa, dan telah menerima warta
keselamatan untuk disampaikan kepada semua orang. Maka persekutuan mereka itu
mengalami dirinya sungguh erat berhubungan dengan umat manusia serta
sejarahnya” (GS. 1). Singkatnuya: Gereja harus menjadi Sakramen (tanda)
keselamatan bagi dunia.
RANGKUMAN
MATERI
- Gereja
sebagai persekutuan yang terbuka
harus berdialog dengan agama dan budaya manapun.Gereja perlu
membangun kerja sama yang lebih intensif dengan siapa saja yang
berkehendak baik.
- Gereja
harus selalu siap untuk berdialog dengan agama dan budaya mana pun.
Sesudah Konsili Vatikan II, Gereja sungguh menyadari bahwa dalam agama dan
budaya lain, terdapat pula benih-benih kebenaran dan keselamatan. Untuk
itu, dibutuhkan dialog untuk saling mengenal, menghargai, dan memperkaya.
Bentuk-bentuk dialog yang perlu dijalankan oleh Gereja:
- Hidup
persaudaraan karena iman dan harapan yang sama: Persaudaraan adalah
persaudaraan kasih.
- Keikutsertaan
semua umat dalam hidup menggereja.
- Hukum
dan peraturan memang perlu, tetapi dibutuhkan pula peranan hati nurani dan
tanggung jawab pribadi.
Tugas
Pribadi.
1.
Jelaskan pengertian tentang Gereja sebagai
Persekutuan yang terbuka !
2.
Sebutkan 2 model Gereja Persekutuan terbuka
3.
Sebutkan hal-hal yang menonjol dalam gereja
Institusi Piramidal !
4.
Sebutkan hal-hal yang menonjol dalam gereja
Umat Allah !
Slahkan kerja dan langsung Kirim ke No. Wax Pa
Ambros Hera.
Komentar
Posting Komentar