MATERI 3 KELAS XII. PANGGILAN HIDUP MEMBIARA.
PANGGILAN
HIDUP MEMBIARA/SELIBAT
1.
ARTI DAN INTI
HIDUP MEMBIARA ( Mat 19:12 )
1.1.
Arti dan Makna Hidup Membiara
Hidup membiara
merupakan ungkapan hidup manusia,yang menyadari bahwa hidupnya berada di
hadirat Allah.Agar hidup di hadirat allah bisa diungkapkan secara padat dan
menyelurahh, orang melepaskan diri dari urusan membentuk hidup berkeluarga. Hal
ini dilakukan mengingat,berdasarkan pengalaman, kesibukann hidup berkeluarga
sangat membatasi kemungkinan untuk mengungkapkan hidup di hadirat Allah secara
menyeluruh dan padat.
Dilihat dari hidup,ternyatga hidup membiara
mempunyai nilai dan kepentingannya. Melalui hiudup membiara, manusia semakin
menemukan dimensi rohani dalam hidupnya. Dari pengalaman hidup yang
praktis,orang menyadari bahwa dalam keterbatasan hidup mereka hidup di hadirat
Allah tidak dapat dinyatakan dengan bobot yang sama.Untuk kepentingan itu
tampaklah betapa pentingnya hidup membiara bagi hidup manusia itu
Hidup membiara
menuntut suatu penyerahan diri secara mutlak dan menyeluruh.Cara hidup ini
merupakan suatu kemungkinan bagi manusia untukm mengembangkan diri dan
pribadinya. Hidup membiara mempunyai amanatnya sendiri,yaitu menunjukan dimensi
hadirat Allah dalam hidup manusia. Karenanya hidup membiara disebut juga
panggilan.
1.2.
Inti Hidup Membiara
Inti kehidupan
membiara, yang juga dituntut oleh setiap orang Kristen ialah persatuan dan
keakraban dengan Kristus. Tugas ataupun
karier adalah soal tambahan. Tanpa keakraban ini maka kehidupan membiara
sebenarnya tak memiliki suatu dasar. Seorang biarawan hendaknya selalu bersatu
dengan Kristus dan menerima suatu pola hidup Yesus Kristus secara radikal bagi
dirinya. Mereka yang mengikuti Kristus berarti “menelada bentuk kehidupan-Nya”
(LG. 44). Mereka harus sungguh bersatu dan menyerupai Yesus Kristus dengan
sering berkomunikasi atau bertemu dengan Kristus dalam doa. Seorang biarawan
yang baik harus sering “tenggelam dalam doa” sebab doa merupakan suatu daya
atau kekuatan untuk dapat meneladani dan bersatu dengan Kristus. Di dalam doa
orang selalu bisa berbicara, mendengar, dan mengarahkan diri kepada Kristus.
Kita bisa belajar dari orang Kudus Santa Teresia dari Kanak-Kanak Yesus. Inti
hidup membiara didasarkan pada cinta Allah sendiri.
2.
ARTI DAN MAKNA
KAUL-KAUL
2.1.
Tiga Kaul dalam
Hidup membiara
2.1.1. Kaul Kemiskinan
Dengan
mengucapkan dan menghayati kaul kemiskinan, orang yang hidup membiara
melepaskan hak untuk memiliki harta benda tersebut. Ia hendak menjadi seperti
Krisus: dengan sukarela melepaskan haknya untuk memiliki harta benda.
Untuk dapat
menghayati kaul kemiskinan dengan baik, diperlukan sikap batin rela menjadi
miskin seperti yang dituntut oleh Yesus dari murid-murid-Nya (Luk 10:1-12; Mat
10:5-15). Sikap batin ini perlu diungkapkan dalam hidup yang nyata. Ada dua
aspek yaitu Aspek asketis (gaya hidup yang sederhana) dan aspek apostolis.
Orang yang mengucapkan kaul kemiskinan rela menyumbangkan bukan hanya harta
bendanya demi kerasulan, tetapi juga tenaga, waktu, keahlian, dan ketrampilan;
bahkan segala kemampuan dan seluruh kehidupannya.
2.1.2. Kaul Ketaatan
Dengan Kaul
Ketaatan, orang memutuskan untuk taat seperti Kristus (Yoh 14:23-24; Flp
2:7-8), melepaskan kemerdekaannya, dan taat kepada pembesar (meletakkan
kehendaknya di bawah kehendak pembesar) demi Kerajaan Allah. Ketaatan religius
adalah ketaatan yang diarahkan kepada kehendak Allah. Ketaatan kepada pembesar
merupakan konkretisasi ketaatan kepada Allah. Karena itu, baik pembesar maupun
anggota biasa perlu bersama mencari dan berorientasi kepada kehendak Allah.
Aspek asketis adalah kepatuhan kepada pembesar, terutama guru rohani. Sedangkan
aspek apostolis adalah kerelaan untuk membaktikan diri kepada hidup dan
terutama kerasulan bersama.
2.1.3. Kaul Keperawanan
Dengan
mengucapkan kaul keperawanan, orang yang hidup membiara melepaskan haknya untuk
hidup berkeluarga demi Kerajaan Allah. Melalui hidup selibat ia mengungkapkan
kesediaan untuk mengikuti dan meneladan Kristus sepenuhnya, dan
membaktikan diri secara total demi
terlaksananya Kerajaan Allah. Dengan kaul keperawanan, sikap penyerahan diri
seorang Kristen dinyatakan dalam seluruh hidup dan setiap segi . Inti kalu
keperawanan bukanlah ‘tidak kawin’, melainkan penyerahan secara menyeluruh
kepada Kristus, yang dinyatakan dengan meninggalkan segala-galanya demi Kristus
dan terus-menerus berusaha mengarahkan diri kepada Kristus, terutama melalui
hidup doa.
Singkatnya:
ketiga kaul itu dapat dikatakan sebagai suatu sikap radikal untuk mencintai
Bapa (keperawanan), pasrah kepada kehendak Bapa (ketaatan), dan bergantung dan
berharap hanya kepada Bapa (kemiskinan).
2.2.
Bentuk Kaul
Keperawanan (Selibat) yang lain
Ada bentuk hidup
selibat lain yang dijalani oleh orang-orang yang memilih hidup tidak menikah
demi pengabdian kepada sesama dan Tuhan. Mereka tidak menikah bukan karena
tidak memiliki cinta. Justru karena mereka memiliki cinta kepada Allah dan
sesama, dengan suka rela meninggalkan hak mereka untuk menikah, demi Kerajaan
Sorga (bdk. Mat 19:12). Orang semacam ini berusaha sepenuhnya, melalui doa dan
karya, menghasilkan buah dengan cara-cara yang sering tidak bisa dilakukan
secara bebas oleh orang yang tidak selibat. Hati orang-orang selibat diberikan
dengan banyak cara kepada berbagai macam orang, yang dalam dan melalui mereka
orang-orang selibat menemukan Allah.
2.3.
Kaul-kaul Adalah
Tanda Kerajaan Allah
Dengan menghayati kaul-kaul kebiaraan itu, para
biarawan-biarawati menjadi tanda:
- Yang
memperingatkan kita supaya tidak terlalu ‘terpaku’ pada kekayaan dan
harta, kuasa dan kedudukan, perkawinan dan kehidupan berkeluarga, meski
semuanya itu sangat bernilai
- Yang mengarahkan
kita kepada Allah, yang sudah mulai terungkapkan kepada kenyataan yang
akan datang.
Komentar
Posting Komentar